Rabu, 23 Mei 2012

Sejarah Muhammadiyah Kota Depok

MUHAMMADIYAH
DAERAH KOTA DEPOK
Muhammadiyah di Depok secara administratif telah berdiri sejak diresmikannya Cabang Muhammadiyah Depok, pada tanggal 30 September 1961. Tanggal tersebut berdasarkan surat pengesahan dari Pengurus Besar (PB) Muhammadiyah Yogyakarta dengan Surat Keputusan (SK) Nomor: 1514/A, tanggal 19 Rabiulawal 1381 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 30 September 1961 Miladiyah.     Depok  ketika itu adalah sebuah wilayah kecamatan yang cukup luas yang wilayahnya meliputi Depok lama, Pancoranmas, Sukmajaya, Beji, sampai Bojonggede. Kecamatan Depok pada waktu itu berada di bawah kordinasi pemerintahan Daerah Tingkat II Kabupaten Bogor Jawa Barat.
Sarana transportasi ketika itu masih sangat jauh dari memadai. Masih sangat sedikit jalan yang berbatu apalagi beraspal. Hubungan antar desa hanya dihubungkan oleh jalan tanah yang rusak disana-sini dan pada musim hujan becek serta licin, sehingga kalau kurang hati-hati akan menyebabkan kita jatuh terpeleset. Alat transportasi yang menghubungkan Depok dengan kota Jakarta dan Bogor yang sangat berperan saat itu adalah kereta api. Hubungan antara desa dilalui dengan sepeda atau jalan kaki. Kendaraan berupa mobil dan sepeda motor pada waktu itu masih tergolong langka. Jalan Margonda yang menghubungkan antara kecamatan Depok dan kecamatan Pasarminggu masih parah. Pada waktu musim kemarau kotor dan berdebu. Di musim hujan becek dan berlumpur. Bahkan penggal jalan antara Pondokcina dan kecamatan Depok seperti kubangan kerbau dan sangat sulit dilalui oleh kendaraan bermotor.
        
        Kalau anda ingin berkunjung ke Depok pada sekitar enam puluhan dan maksud ingin menemui Pimpinan Cabang Muhammadiyah Depok dengan menumpang kereta api, janganlah anda turun di stasion Depok (Depok lama), karena dari sana anda harus berjalan kaki tidak kurang dari 6 km. Tapi turunlah di stasion Pondokcina (sebelah utara stasion Depok), dan disini anda mulai menjumpai denyut nadi dan sinar kerlipan Muhammadiyah. Tidak jauh dari stasion kereta api Pondokcina, berdiri sebuah perguruan Muhammadiyah yang sederhana. Dinding bagian bawahnya terdiri dari batu bata dan dinding bagian atasnya terbuat dari papan nama “Perguruan Muhammadiyah Cabang Depok” nampak mencolok dan sangat jelas dari kereta api yang anda tumpangi.
           
          Berjalanlah  kearah barat, setelah melewati perkebunan karet dan persawahan yang cukup luas dan sepi, anda akan tiba di sebuah kampung yang bernama Kukusan. Di kampung Kukusan inilah Muhammadiyah Cabang Depok bermarkas—meskipun tanpa kantor dan sarana penunjang lainnya—di sebuah kampung kecil yang sunyi dari keramaian. Dari Kukusan inilah Muhammadiyah mulai mengepakkan sayapnya yang kecil dengan kegigihan dan ketekunan dari para pemimpinnya. Diawali dengan berdirinya Muhammadiyah Ranting Kukusan, kemudian berdiri ranting-ranting di Serengseng (Beji Timur), dan di Bojong Pondokcina. Serengseng adalah sebuah kampung yang terletak di sebelah barat stasion kereta api Pondokcina. Sekitar tahun 1979, penduduk kampung ini dipindahkan ke lokasi yang baru yaitu Kapling Beji Timur, yang sebelumnya merupakan perkebunan karet yang cukup luas. Sedangkan lokasi Serengseng dan kampung-kampung berada di sekitarnya digunakan untuk pembangunan kampus Universitas Indonesia.
             
         Kini Depok telah berkembang pesat. Jalan-jalan beraspal berbentang di pusat-pusat kota, bahkan sampai ke pelosok-pelosok. Di sepanjang jalan raya Margonda berdiri gedung-gedung mewah dan megah berupa kantor-kantor, bank-bank, show room dan lain-lain. Bahkan hotel serta mal dan gedung-gedung pusat perbelanjaan yang megah dan modern telah hadir di sana. Dalam kurun waktu beberapa dasawarsa ini Depok bagai disulap dengan lampu aladin. Dari perkampungan kumuh yang sulit dijangkau kendaraan roda empat, menjadi daerah perkotaan yang megah dan modern. Kemacetan lalu lintas menjadi menu sehari-hari yang hingga saat ini belum teratasi.

Awal Masuknya Faham Muhammadiyah
            
      Muhammadiyah masuk ke Depok dirintis oleh seorang pemuda yang bernama Usman, seorang penduduk asli Kukusan yang dilahirkan pada 6 Juni 1918. Nama lengkapnya adalah Mutholib Usman, dan biasa ditulis dengan singkatan M. Usman Tetapi masyarakat lebih mengenalnya dengan panggilan Mualim Usman. Keadaan masyarakat Depok dan sekitarnya pada masa itu diliputi dengan suasana yang sangat tidak menguntungkan bagi perkembangan dakwah Islam. Perbuatan maksiat, tipu menipu, dan perjudian seakan merupakan perbuatan yang rutin. Tahayul, bid’ah dan khurafat yang cenderung merusak aqidah, merajalela dimana-mana.
            
          Bermula pada 2 April 1942, Mutholib Usman dipercayakan memimpin sebuah madrasah di Kukusan. Sebetulnya Usman pernah mengajar di madrasah tersebut beberapa tahun sebelumnya. Tetapi karena terjadinya kemelut internal di madrasah tersebut, Usman sempat dikeluarkan sebagai tenaga pengajar. Usman sempat mengembara ke Jakarta dan berusaha menyambung hidup dengan berdagang es. Sesekali ia membantu kakak iparnya sebagai tukang foto keliling. Pada waktu senggang dimanfaatkan untuk mencari tambahan belanja dengan menjadi tukang cukur rambut.
             
        Adapun latar belakang berdirinya madrasah tersebut dapat kita lihat beberapa kejadian sebelumnya, yang sempat mewarnai kampung Kukusan yang sepi itu. Sekitar tahun 1931, karena politik ‘devide et impera’ (politik pecah belah) yang dilancarkan oleh penjajah Belanda, masyarakat kampung Kukusan pun pernah mengalami masa-masa perpecahan yang cukup serius. Perpecahan itu diawali dengan tidak diperkenankannya H. Mustofa, tokoh masyarakat di Kukusan sebelah kulon (barat) menjadi imam dan khatib di masjid satu-satunya yang ada di Kukusan.Akibatnya tokoh tersebut bermusyawarah dengan pendukung-pendukungnya dan berhasil mendirikan sebuah masjid baru di Kukusan sebelah barat.Dengan demikian Kukusan memiliki dua buah masjid, satu di Kukusan wetan (timur) dibawah pimpinan Haji Mahmud, dan satu lagi masjid baru di Kukusan sebelah kulon  (barat) di bawah pimpinan Haji Mustofa. Untuk memakmurkan masjid yang baru tersebut, Mustofa memanggil seorang guru dari jakarta bernama Dahlan Rowi.
            
      Perkembangan masjid yang baru itu cukup menggembirakan. Beberapa tahun kemudian didirikan sebuah madrasah. Dahlan Rowi ditugaskan untuk mencari seorang guru yaitu Syu’aib Wahidi, yang kemudian ditunjuk sebagai guru kepala atau kepala madrasah. Belum sampai setahun Syu’aib memimpin madrasah, iapun kembali ke Jakarta dan kawin disana. Bengkalai tugas yang ditinggalkan Syuaib, dilanjutkan oleh murid dan sekaligus sahabatnya bernama Mutholib Usman. Dibelakang hari Syuaib tinggal di daerah Cipedak Jakarta Selatan yang letaknya tidak jauh dari kampung Kukusan. Disana beliau mendirikan madrasah dan membentuk ranting Muhammadiyah Cipedak.
             
        Melihat madrasah mulai berkembang, dahlan Rowi mendatangkan adiknya dari Jakarta bernama Ali Nahrawi yang kemudian mengambil alih kendali madrasah yang semula dipegang oleh Usman. Usman tersingkir dan terpaksa hengkang ke Jakarta,  menyambung hidup untuk membiayai keluarganya.  Tetapi di tangan Ali Nahrawi madrasah mengalami kemunduran dan kemudian bubar. Pengurus madrasah kemudian memanggil Usman kembali ke Kukusan untuk memimpin madrasah. Dengan susah payah, ia berusaha membangun kembali madrasah yang telah hancur itu, dan berhasil mendapatkan murid sebanyak sebelas orang. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 12 April 1942.
             
        Perkenalannya dengan Syuaib, menyebabkan Uslam mulai mengenal faham agama yang digerakkan oleh persyarikatan Muhammadiyah. Ketika tinggal di Jkarta kerapkali ia mengikuti pengajian yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah Group Tanah Abang. Ditahun-tahun berikutnya ia mulai berkenalan dengan pemimpin-pemimpin Muhammadiyah jakarta. Jiwanya yang selalu haus untuk mencari ilmu pengetahuan, semakin tertarik dengan ajaran-ajaran Islam yang digerakkan oleh persyarikatan Muhammadiyah. Usman jatuh cinta pada organisasi yang didirikan oleh Kyai Ahmad Dahlan itu. Pada tahun 1938 – dalam usia 20 tahun – Usman resmi menjadi anggota Muhammadiyahb Grup Tanah Abang. Ketika berlangsung Kongres Muhammadiyah ke 32 di Purwokerto pada tahun 1953, Usman hadir sebagai peninjau. Kehadirannya di arena Kongres Muhammadiyah ke 32 tersebut menyebabkab ia lebih mengenal lagi persyarikatan yang didirikan oleh Kyai Ahmad Dahlan pada tahun 1912 di Yogyakarta itu. Sepulangnya dari Kongres, tepatnya pada tanggal 21 Juni 1953 ia mendirikan ranting Muhammadiyah di Kukusan dan sekaligus menjadi Ketuanya yang pertama. Ranting Kukusan – yang pada waktu itu disebut Ranting Kukusan Pondokcina – merupakan bagian dari Grup Muhammadiyah Tanah Abang Jakarta. Banyak halangan dan rintangan yang dihadapi pada awal berdirinya Muhammadiyah di Kukusan dan sekitarnya. Muhammadiyah dituduh Wahabi, kafir, maling qunut, tukang robah-robah agama dan sebagainya. Tetapi semua tuduhan dan ejekan itu dihadapi dengan senyuman dan amal karya nyata, sehingga tidak terjadi keributan fisik atau benturan fisik. Disinilah sifat dan kepemimpinan Usman teruji. Pribadinya yang santun dan tidak konfrontatif, menyebabkan sebagian lawan-lawan yang memusuhinya, berbalik menjadi pendukungnya yang setia.
             
        Perlu dicatat, bahwa sebelum menjadi ketua Ranting Muhammadiyah, Mutholib Usman pernah menjadi Ketua Partai Poklitik Islam Masyumi ranting Kukusan Pondokcina (Maret 1950), Ketua Masyumi Anak cabang Depok (September 1950) dan menjadi anggota PGII (Januari 1951). Pada waktu Pemilu 1955 menjadi Wakil Ketua PPS tingkat Kecamatan Depok. Selain Mutholib Usman, tokoh-tokoh yang pernah memimpin Muhammadiyah ranting Kukusan adalah: Muhammad Kirin, dan Haji Muhammid. Sekarang – periode 2000-2005 – ranting Muhammadiyah yang kemudian diberi nama Ranting Kukusan I itu, dipimpin oleh Muhayar AM sebagai Ketua, dan Sekretaris Zaini Ismail.
             
     Ranting Muhammadiyah Kukusan terus berkembang. Pada tahun 1988, ranting Muhammadiyah Kukusan dimekarkan menjadi 2 (dua) ranting yaitu ranting Kukusan II dan ranting Kukusan II. Ranting Kukusan II dipimpin oleh H. Minin dan setelah beliau wafat digantikan oleh H. Ardja HM sebagai Ketua dan Naman Suryadi sebagai Sekretaris.

Berdirinya Cabang Muhammadiyah Depok

Sebagai ketua ranting Muhammadiyah Kukusan, Mutholib Usman aktif mengisi pengajian-pengajian di berbagai tempat di desa Kukusan dan kampung-kampung sekitarnya. Dari pengajian-pengajian yang dipimpinnya itu, dan dengan dukungan tokoh-tokoh masyarakat disana, berdirilah Muhammadiyah di Serengseng dan Bojong Pondokcina. Serengseng adalah cikal bakal dari ranting Muhammadiyah yang sekarang berada di Beji Timur. Beberapa tokoh yang mendukung dan mensponsori kegiatan Muhammadiyah di Serengseng dan Bojong Pondokcina antara lain: H. Abdul Hamid, Asmit, Ibu Emin, Maisyuroh, H. Madalih, H. Yahya Nuih, H. Aliyas, dan lain-lain. Perlahan-lahan tapi mantap, Muhammadiyah di Depok mulai dikenal orang. Nama Usman identik dengan Muhammadiyah, sehingga semua pengajian-pengajian yang dipimpinnya dikenal orang sebagai pengajian Muhammadiyah.

Di awal tahun 1956, di Kecamatan Depok ada pergantian camat. Camat yang baru itu bernama Bapak Kamaludin, orang Muhammadiyah yang berasal dari Jasinga. Muhammadiyah di Depok seakan-akan mendapat suntikan baru. Dengan upaya keras kedua beliau – Mutolib Usman dan Pak Kamaludin – beberapa tahun kemudian berdirilah Muhammadiyah Cabang Depok. Peristiwa itu disaksikan oleh Konsul Muhammadiyah Daerah Bogor, Kamil Yamil, bertempat di kantor Kecamatan Depok. Muhammadiyah Cabang Depok pada waktu itu baru memiliki dua ranting, yaitu ranting Kukusan dan ranting Serengseng-Pondokcina. Adapun susunan pengurus Muhammadiyah periode awal itu adalah sebagai berikut:
Ketua                          : Kamaludin (Camat Depok)
            Wakil Ketua                : Mutolib Usman
                        Sekretaris                    : Rainan (Juru Tulis Camat Depok)
                        Bendahara                   : M. Nasir
                        Komisaris                    : Abdul Kholok (Opas Camat Depok)
             
        Sayang Pak Kamaludin tidak lama bertugas di Depok, karena tak lama kemudian beliau ditugaskan ke tempat lain. Dengan demikian di tangan Mutolib Usman lah terletak maju mundurnya Muhammadiyah Cabang Depok yang sudah diideklarasikan itu.
              
      Muhammadiyah Cabang Depok selanjutnya berkedudukan di Kukusan, dan mendapat surat pengesahan dari Pengurus Besar Muhammadiyah dengan Surat Keputusan (SK) Nomor: 1514/A tanggal : 19 Rabiulawal 1381 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 30 September 1961 Miladiyah. Selama beberapa periode Muhammadiyah Cabang Depok diketuai oleh Mutolib Usman yang lebih populer dengan nama K. H. M. Usman, dengan sekretaris Mochammad Nuch. Adapun personalia Pimpinan Cabang Muhammadiyah periode berikutnya adalah:
                        Ketua                          : H. M. Usman
                        Wakil Ketua                : H. M. Syamsuddin
                        Sekretaris                    : Mochammad Nuch
                        Wakil Sekretaris          : Nawawi
                        Bendahara                   : H. Muhammid
Anggota-anggota        : H. M. Awab Usman, Wazir Nuri, Muh. Muslim,  
  Kastubi, Zaenal Abidin dan M. Achmadi Yusuf

          Ketika Muchammad Nuch diangkat sebagai Kepala Desa Kukusan, Sekretaris PCM Depok dipercayakan kepada Zaenal Abidin, BA dan Drs. Achmadi Yusuf. Dari kalangan ibu-ibu, tokoh yang mempunyai andil besar dalam mengembangkan Muhammadiyah dan Aisyiyah Cabang Depok, antara lain Hj. Umi Kulsum.
            
          Muhammadiyah Cabang Depok barada di bawah kordinasi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kodya/ Kabupaten Bogor Wilayah Jawa Barat. Ketika itu Cabang Muhammadiyah Depok mempunyai sebelas buah ranting yaitu: Ranting Kukusan, Ranting Beji Timur, Ranting Pondokcina, Ranting Rawadenok, Ranting Pulo, Ranting Cipayung, Ranting Parungbingung, Ranting Meruyung, Ranting Depok Baru dan Ranting Kampung Baru. Di Depok lama pernah berdiri sebuah ranting yaitu Ranting Pancoran Mas yang disponsori oleh Amang Rasyidin. Pada periode berikutnya kendali pimpinan ranting dipegang oleh Madalih dan H. Lutfi J.K. Perkembangan selanjutnya, ranting Pancoranmas itu lebih dikenal dengan nama ranting Jemblongan, yang diketuai oleh H. Kastubi, BA. Disetiap ranting yang berdiri, pada umumnya diikuti dengan berdirinya organisasi otonom Muhammadiyah, yaitu Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), dan Nasyiatul Aisyiyah (NA).
            
        Salah satu kegiatan rutin yang dilaksanakan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Depok dibawah Pimpinan K. H. M. Usman, adalah kegiatan turni / kunjungan Pimpinan Cabang ke ranting-ranting. Setiap Ramadhan kegiatan tersebut selalu dilaksanakan, sekalipun lokasi ranting-ranting yang ada waktu itu sulit dijangkau. Sarana transportasi di Depok pada waktu itu masih sangat kurang. Jalan-jalan yang ada disekitar Depok – terutama jalan-jalan yang menghubungkan antara ranting-ranting Muhammadiyah – adalah jalan tanah, yang pada waktu musim hujan jalan sangat becek dan licin. Seringkali kegiatan turni itu dilaksanakan dengan naik sepeda atau berjalan kaki, menempuh jarak puluhan kilometer. Silaturahmi antar warga Muhammadiyah yang tersebar di ranting-ranting ketika itu sangat erat. Acapkali pengajian warga Muhammadiyah di satu ranting diikuti oleh ranting-ranting lainnya, sekalipun mereka harus menempuh jarak yang cukup jauh itu dengan berjalan kaki atau bersepeda. Tidak sedikit halangan dan rintangan yang dihadapi. Ketika akan diadakan shalat ied di ranting Serengseng misalnya, sehingga pelaksanaan shalat terpaksa dipindahkan. Tetapi semua halangan dan rintangan itu dihadapi oleh segenap warga Muhammadiyah dengan lapang dada. Semboyan warga Muhammadiyah ketika itu sering didendangkan dalam nyanyian: “dipalu makin maju, diarit makin bangkkit, diganyang semakin berkembang”.

Muhammdiyah Cabang Beji

Seiring dengan pemekaran Muhammadiyah Cabang Depok menjadi Daerah, maka ranting-ranting yang semula dibawah kordinasi Pimpinan Cabang Muhammadiyah Depok, dimekarkan dua Cabang, yaitu Cabang Beji Dan Cabang Depok Barat. Pada periode 2010-2015 Cabang Beji diketuai oleh H. Idrus Yahya dan sekretaris Drs. Nasrudin.
             
         Tokoh-tokoh lain yang banyak berperan dalam upaya mengembangkan Muhammadiyah cabang Beji antara lain : H. Muhammid dan H. Muhammad K. Keduanya telah dipanggil Allah ke-Hadirat-Nya beberapa tahun yang lalu. Semoga Allah SWT menerima segala ibadahnya, dan diampuni segala dosa dan kesalahannya. Amien.

        Personalia selengkapnya Pimpinan Cabang Muhammadiyah Depok periode 2010-2015 adalah sebagai berikut:
Ketua                                      : H. Idrus Yahya
                        Wk. Ketua I                            : .
                        Wk. Ketua II                           :
                        Sekretaris                                : Drs Nasrudin
                        Wk. Sekretaris I                      : Abd. Mutholib Yusuf
                        Bendahara                               :
                        Wk. Bendahara                       :
                        Bagian-bagian                         :
                        1. Dikdasmen                          :
                        2. Tabligh & Da’wah              :
                        3. Wakaf/Kehartabendaan      :
                        4. MPK dan SDI                     : 

Cabang Beji mempunyai lima buah ranting, yaitu: ranting Kukusan I, ranting Kukusan II, ranting Beji Timur, ranting Pondokcina dan ranting Beji. Amal Usaha Muhammadiyah di Cabang Beji, tersebar di ranting-ranting dengan perincian sebagai berikut:
Ranting Beji yang dipimpin oleh H. Muhammad Shaleh dan Sekretaris memiliki amal usaha:
1.      1 (satu) buah masjid
2.      Tanah seluas 350 M2

Jadi  sampai saat ini Muhammadiyah Beji telah mempunyai amal usaha berupa 6 buah masjid, 1 Madrasah Tsanawiyah, 1 buah Sekolah Menengah Pertama (SMP), 1 buah Sekolah Menengah Atas (SMA), 2 buah Madrasah Ibtidaiyah (MI), 2 buah Sekolah Dasar (SD), 3 buah Taman Kanak-kanak Bustanul Athfal yang dikelola oleh ‘Aisyiyah dan kurang lebih 20 buah musholla. Luas tanah yang dimiliki Cabang Muhammadiyah Beji seluas 23.462 M2.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar